Selasa, 26 April 2011

Antara Ta'aruf dan Pacaran


inilah argumen saya,yang mungkin sahabat pernah membaca hal-hal yang kurang lebih seperti ini ,mendengar dsb,dan seperti yg salah 1 sahabat katakan bahwa kebanyakan jawaban yg keluar dari argumen mereka mencirikan pribadi mereka,dan inilah saya.. selamat membaca !!

Makna ta'aruf yang sebenarnya adalah berkenalan.Pada beberapa tahun terakhir ini, ada gejala pergeseran makna taaruf. Ada kecenderungan, taaruf tidak lagi diartikan menurut makna asli yang terkandung dalam Al-Quran, surah al-Hujurât [49], ayat 13:
Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku li ta‘ârafû (supaya kamu saling kenal). …. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Istilah Lain Yang Lebih Tepat
Di kitab Abdul Halim Abu Syuqqah, Tahrîr al-Mar’at (kitab ini menghimpun hadits-hadits shahih mengenai hubungan pria-wanita), aku jumpai enam hadits shahih mengenai perlunya “pendekatan” antara laki-laki dan perempuan yang hendak segera menikah. (Lihat Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 53-56.)
Di situ, ada satu kata khas yang selalu muncul pada keenam hadits tersebut. Apakah kata khas ini seakar dengan istilah “taaruf” (saling kenal)?
Tidak. Istilah taaruf atau pun kata-kata yang seakar dengannya tidak pernah muncul di situ. Kata khas yang muncul adalah “nazhar”. Kemunculannya berbentuk kata kerja “yanzhuru” (memperhatikan) dan kata perintah “unzhur” (perhatikanlah).
Nah! Dari situ kita jadi ngeh, ternyata kita tidak diperintahkan untuk sekadar “taaruf” (saling kenal) bila hendak segera menikah. Yang disyariatkan dalam keadaan ini adalah “tanazhur” (saling memperhatikan).
Terus, apakah kata “nazhar” itu eksklusif khusus bagi yang hendak segera menikah?
Enggak juga. Contohnya, dalam suatu riwayat yang ngetop dikabarin, Ali r.a. berwasiat: “Unzhur mâ qâla wa lâ tanzhur man qâla.” (Perhatikanlah apa yang dikatakan dan janganlah kau perhatikan siapa yang mengatakan.)
Jadi, buat ngebedain ama jenis-jenis tanazhur lainnya, istilah yang lebih tepat untuk “pendekatan” antara laki-laki dan perempuan yang hendak segera menikah adalah TANAZHUR PRANIKAH.
Jadi, makna asli istilah taaruf itu adalah proses saling kenal dengan siapa pun selama hayat dikandung badan.
Jika yang anda maksudkan kebanyakan masyarakat sekarang adalah taaruf dalam rangka akan menikah, maka kira-kira umumnya dilakukan sebagai berikut:
1. Saling tukar menukar data diri, nama, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua, suku, hobi, dan lain-lain yang  dianggap wajar sebagai perkenalan pertama. Plus foto masing-masing.
2. Jika dari data pertama tersebut, jika kedua pihak setuju, maka pertemuan dilanjutkan sesuai kesepakatan untuk berjumpa pertama kali atau “melihat”. Yang kita sebut "melihat" inilah yang sebenarnya sesuai sunnah Nabi SAW, sebab Beliau SAW ketika salah seorang menyatakan akan menikah dengan si fulanah, beliau bertanya apakah sudah pernah melihat fulanah tersebut? Kemudian Beliau menganjurkan sahabat tersebut untuk melihatnya, dengan alasan: “karena melihat membuat engkau lebih terdorong untuk menikahinya”. Kira-kira demikian. Yang disebut “melihat” ini biasanya dilakukan dengan ditemani orang lain, sesama wanita dari pihak wanita (atau mahramnya yang pria) dan si pria bisa sendiri atau dengan orang lain.
3. Dalam pertemuan pertama tersebut fungsinya membuktikan data foto. Bisa jadi dalam pertemuan tersebut satu sama lain saling bertanya tentang hal-hal yang perlu diperjelas.
4. Seringkali pertemuan tsb dilanjutkan dengan “hubungan” selanjutnya dengan maksud memperjelas perkenalan, yaitu mungkin dengan (1) surat menyurat (2) sms atau telepon (3) atau pertemuan lain dengan komposisi yang sama. Dalam langkah selanjutnya ini umumnya yang dilakukan adalah mendetilkan perkenalan.
5. Jika saling setuju, maka selanjutnya kedua pihak mulai melibatkan ortu, kadang juga ortu terlibat sejak awal, namun biasanya jika sudah melibatkan ortu itu artinya mulai bicara teknis pernikahan.
6. Jika sudah bicara teknis artinya sudah dalam proses menuju pernikahan atau dengan kata lain si wanita sudah dilamar dan tak boleh dilamar pria lain. Seringkali kami juga menganjurkan agar kedua pihak (pada tahap antara nomer 4 dan 5) untuk saling tukar data lebih jauh, misalnya keduanya masing-masing membuat semacam surat perkenalan yang menceritakan tentang diri masing-masing, misalnya kisah singkat tentang dirinya atau tentang hobinya dsb. Ini ijtihad saja yang intinya untuk memberi kesempatan atau sarana bagi kedua pihak untuk taaruf. Bisa juga anda engembangkan cara-cara lain. Apapun juga ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik sebagai “aturan main” taaruf untuk pernikahan pada zaman kita ini

1. Tidak berkhalwat (hadits ttg ini sudah jelas dan dibahas di banyak buku dan kesempatan)
2. Tidak boleh zina hati dan zina mata (termasuk mendekati zina)
3. Agar nomer 2 tidak dilanggar, maka waktu taaruf tak boleh terlalu panjang, apalagi jika sampai tanpa batas yang ditentukan. Jika tak bisa menentukan waktu, sebaiknya pisah saja dulu tanpa ikatan janji. Sebab (1) janji atau yang semacam itu mengundang harap-harap dan itu menjadi zina hati (2) Janji menyebabkan pria lain tak bisa mendekati si wanita dan itu membuat posisinya sudah “setengah milik” bagi pria yang sedang melamarnya tanpa batas waktu kapan menikah. (3) keadaan yang bagaikan “setengah milik” ini menimbulkan kecenderungan mencairkan “hijab dalam pergaulan” antara kedua insan tersebut, ini menjadi mendekati zina. Contohnya adalah timbulnya perilaku cemburu pada pacar atau tunangan yang padahal tak ada kaitan/ikatan apa-apa.
4. Jika sudah ada kata sepakat, segeralah menentukan waktu dan kemudian menikah. Wallahua’lam bishshowwaab. Yang benar datangnya dari Allah SWT, yang salah datang dari kelemahan, kebodohan dan kemaksiyatan manusia.


Lalu bagaimna ada yang pacaran berkedok ta'aruf ? simak perbedaanya..

Adapula perbedaan taaruf dengan pacaran adalah sebagai berikut:
Tujuan
- taaruf (t) : mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan.
- pacaran (p) : mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-syukur bisa nikah ...
Kapan dimulai
- t : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi.
- p : saat sudah diledek sama teman:"koq masih jomblo?", atau saat butuh temen curhat, atau saat taruhan dengan teman.
Waktu
- t : sesuai dengan adab bertamu.
- p : pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari klo ngga ada yang komplain juga ngga apa-apa.
Tempat pertemuan
- t : di rumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid, sekolahan.
- p : di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan umum & pribadi, pabrik.
Frekuensi pertemuan
- t : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.
- p : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu. Kalo bisa lebih.
Lama pertemuan
- t : sesuai dengan adab bertamu
- p : selama belum ada yang komplain, lanjut !

Materi pertemuan
- t : kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan.
- p : cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur-ngidul, ketawa-ketiwi.
Jumlah yang hadir
- t : minimal calon lelaki, calon perempuan, serta seorang pendamping (bertiga). maksimal tidak terbatas (disesuaikan adab tamu).
- p : calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua). klo rame-rame bukan pacaran, tapi rombongan.
Biaya
- t : secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu).
- p : kalau ada biaya: ngapel, kalau ngga ada absent dulu atau cari pinjeman, terus tempat pertemuannya di rumah aja kali ya? tapi gengsi dong pacaran di rumah doang ?? apa kata doi coba ??
Lamanya
- t : ketika sudah tidak ada lagi keraguan di kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan), apa lagi yang ditunggu-tunggu?
- p : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin 10 tahun.
Saat tidak ada kecocokan saat proses
- t : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan menyebut alasannya.
- p : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya.


Tercatat
Wa maa kholaqtul jinni wal insini, illa liya'buduun
(dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu)
(Adz Dzaariyat : 56)
( Qs.An-Nur 26,30,31)dsb

mungkin itu yang bisa saya sampaikan, semoga bermamfaat mohon maaf jika ada kehilafan
Al haqquminallah wa khoto mini
( kebenaran datangnya selalu dari Allah dan Kehilafan datangya dari akhwatul pribadi maafkan)

ƸӜƷ.¸¸¸.••.. Merajut Cinta yang Syar'i ..••.¸¸¸.ƸӜƷ


Sahabat fillah saya ingin sedikit berbagi cerita dengan sahabat semua agar memilih cinta yang syar'i hingga tercipta cinta yang sehat rohani mau jasmani sebagai fitrah seorang insan, selamat menyimak.

Suatu Hari..
Seorang anak wanita yang ingin menggenapkan Dinnya, bertanya kepada ibunya, “ ibu, ajarkan anakmu ini tuk memilih pendamping hidup ! “
                Sang ibu tersenyum, dan dengan bijak menjawab, “ Anakku , jangan kau menikahi seorang  laki-laki hanya karna ketampanannya, kelak akan kecewa, karna ia pasti menua. Nak, jangan pula memilihnya hanya ia di kagumi banyak wanita, karna kau belum tahu apa kekurangannya. Tidak pula karna kekayaan atau karna nasabnya , Karna kekayaan tidak pernah kekal, nasab tidak menjamin kemuliaan dirinya. “
“Nak,
Pilihlah Ia karna akhlaknya yang mulia
Pilihlah ia karna kasihnya ke sesama
Pilihlah ia karna imannya tiada dua”
Tambah sang ibu
                “ Bu, lalu bagaimanaaku tahu dirinya akan membuatku bahagia, padahal belum tentu ia kaya, tampan, terkenal ? tanya sang anak “

“Nak ketampanan dan kecantikan ada pada hati yang merasa. Kaya ada pada hati yang Qonaah. Terkenal di hadapan manusia belum tentu mulia di hadapan-Nya.”
“Perbaikilah akhlakmu, perbaharuilah niatmu, kuatkan imanmu, perbanyak amalmu…
                Lalu jika hari itu tiba…
Terimalah sosok yang berani melamarmu. Setidaknya dia berniat baik kepadamu, bukan menebar pesonanya, namun karena keinginannya menjaga kesucian cinta. Kau tentu boleh memilih..namun ingatlah Jika kau alihkan cintamu pada harta, ketenaran, ketampanan, juga nasabnya, maka kau pasti akan kecewa. Karna boleh jadi itu hanya topeng darinya. “
“ Istikharahlah..
Dan…Jika pilihanmu mantap padanya…
Menikahlah nak..karna itu adalah sebaik-baik penawar fitnah kau akan rasakan kebahagiaan krna memenagkan Allah dalam pilihanmu…
Rajutlah Cinta bersamanya…
Kelebihannya membuatmu tersenyum bahagia…
Kekuranganya akan menjadi bumbu-bumbu cinta diantara kalian..
Karna kalian tercipta untuk saling mengisi…
Saling memperbaiki akhlak..
Semangati langkahnya, kokohkan semangat juangnya.

Arung bahtera rumah tangga denga senyum ceria
Kelak didikalah anak-anakmu untuk menjadi pejuang yang setia pada cinta yang Mulia..
Lahirkan keturunan yang kuat tauhidnya, mulia akhlaqnya, kokoh azzamnya.
Dan…..
Kelak, ibumu ini akan bahagia menimang cucu seorang pejuang sejati.. “

soundtrack " Jangan JATUH cinta tapi BANGUN cinta"
Maidany - Mengukir Cinta di Belahan Jiwa

Bila yang tertulis olehNya engkau yang terpilih untukku
Telah terbuka hati ini menyambut cintamu
Di sini segalanya kan kita mula
Mengukir buaian rindu yang tersimpan dulu
`Tuk menjadi nyata dalam hidup bersama

Selamat datang di separuh nafasku
Selamat datang di pertapaan hatiku

Izinkan aku `tuk mencitaimu
Menjadi belahan di dalam jiwaku
Ya Allah jadikanlah ia pengantin sejati
Di dalam hidupku…(izinkan aku)

Wahai yang dicinta telah kurela
Hadirmu temani relung hatiku
Simpanlah jiwaku dalam do’amu
Kan kujaga cintamu

Wahai yang dicinta telah kurela
Hadirmu temani relung hatiku
Simpanlah nafasku dalam hidupmu
Kan kujaga setiamu

Apapun adanya dirimu
Ku `kan coba tuk tetap setia
Begitu pula pada diriku
Terimalah dengan apa adanya

Senin, 25 April 2011

♥ƸӜƷ ♥..UNTUK SAUDARAKU YANG MASIH DALAM PENANTIAN♥ƸӜƷ♥


Ijinkanlah aku berbagi dalam goresan tulisan ini…
...Jika menurut teman-teman, baik…maka ambillah…
dan jika menurut teman-teman, buruk…maka tinggalkanlah….
Saudaraku….
Wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
Wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya….
Begitu indah…begitu berkilau…begitu menentramkan…
Teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya….tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….
Hanya dia yang benar-benar terpilihlah…yang dapat memetiknya…yang dapat meraih pesonanya…
dengan harga mahal yang teramat suci…sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…
karena itu…sebelum saatmu tiba….janganlah engkau biarkan seorang muslimah layu sebelum masanya…
Jangan kau menjadikan serigala liar membuatnya bahan permainan dalam keisenganmu…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta…
Kau tau saudaraku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya…dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….
Ya saudaraku….akhi fillah…
Cinta begitu dasyat pengaruhnya…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya
"Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin"…

Berlarilah menjauhinya…menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….
Jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu…
Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu…
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan…
Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…Kalian sendiri…
Saudaraku…. tentunya sudah mengerti dan paham…
bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta…
Jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu…
Jika ia dekat…kita merasa sakit…karena takut kehilangan….
padahal…ia belum halal untukmu…dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal…karena itu…jauhilah ia…
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu….dan kemudian mengusik hatimu…
jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta…
maka…bayangkanlah keadaan ini…tentang istrimu kelak…
Saudaraku…..
Sukakah engkau..??
Apabila saat ini ternyata istrimu (kelak) sedang memikirkan pria yang itu bukan engkau..???
Sukakah engkau..??
Bila ternyata istrimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab…tertawa riang…becanda…
Saling menatap…saling menggoda…saling mencubit…
Saling memandang dengan sangat…saling menyentuh…???
dan bahkan lebih dari itu…??
Sukakah engkau saudaraku…??
Sukakah engkau bila ternyata saat ini istrimu (kelak) sedang jalan bersama pria lain yang itu bukan engkau…??
Sukakah engkau…??
Bila saat ini istrimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya…??
Tengah disibukkan oleh rencana-rencana…apa saja yang akan ia lakukan bersama pria itu…??
Tidak cemburukah engkau temanku..??bila saat ini istrimu (kelak) sedang makan bareng bersama pria lain…
Istrimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh pria-pria….istrimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra…
Istrimu (kelak) saat ini sedang curhat dengan pria… yang berkata…”aku tak bisa jika sehari tak mengobrol denganmu…”
Tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh……???
Tidak terasa bagaimanakah..
Jika istrimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan…bercengkrama..
Bercerita tentang masa depannya…dengan pria lain yang bukan engkau…???
Sukakah engkau kiranya istrimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan pria tersebut…??
Menangis untuk pria tersebut…dan berkata dengan hati hancur…”aku sangat mencintamu…aku sangat Mencintaimu…???”tidak patah hatikah engkau…???
Sukakakah engkau bila istrimu (kelak ) berkata pada pria lain..”tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??”
Menyebut pria tersebut dalam doanya…memohon pada Allah supaya pria tersebut menjadi suaminya…
dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi suaminya…..dan bukan pria tersebut…???
Jika engkau tidak suka akan hal itu…
Jika engkau merasa cemburu….
Maka demikian halnya dengan istrimu (kelak)…
dan…Allah jauh lebih cemburu daripada istrimu….Allah lebih cemburu…saudaraku…
Melihat engkau sendirian…namun pikirannmu enggan berpindah dari wanita yang telah mengusik hatimu tersebut….
Saudaraku….kalian percaya takdir bukan..?
Saudaraku….kalian percaya takdir bukan..?
Apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama…
maka…
Sejauh apapun mereka…
Sebanyak apapun rintangan yang menghalangi…
Sebesar apapun beda diantara mereka…
Sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya…
Meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya…
Meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya…
Meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…

PASTI tetap saja mereka akan bersatu….
Seakan ada magnet yang menarik mereka…akan ada hal yang datang…
untuk menyatukan mereka berdua….akan ada suatu kejadian…
yang membuat mereka saling mendekat…dan akhirnya bersatu…

Namun…
apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh…
maka…
Sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat…
Sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya…
Sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua…
Sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya…
sedekat apapun…

PASTI…akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh…
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok…
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik….
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu…
Bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan…

Namun…yang perlu dicatat disini adalah…
yakinlah…bahwa yang diberikan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang digariskan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah…yang terbaik untuk kita….
adalah….yang paling sesuai untuk kita…
adalah…yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,
Karena Dialah…yang paling mengerti kita…lebih dari kita sendiri…
Dialah…yang paling menyayangi kita…
Dialah…yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita…
sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya…dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…
dan….yang perlu kita catat juga adalah…
JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN…ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA….NAMUN JUSTRU BERARTI BAHWA…KITA PANTAS…KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT…
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK…SAUDARAKU….LEBIH BAIK….
Meskipun saat ini…mata manusia kita tidak memahaminya…
Meskipun saat itu…perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata…
Meskipun saat itu…otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk….
Tidak…jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk…
bahwa engkau tidak pantas….karena kelak…engkau akan menyadarinya…
Engkau akan menyadarinya perlahan…bahwa apa yang telah hilang darimu….bahwa apa yang tidak engkau dapatkan….bukanlah yang terbaik untukmu…bukanlah yang pantas untukmu…bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu….
Karena itu…saudaraku…
Jangan mubazirkan perasaanmu…air matamu…waktumu….
Jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan…
Jangan kau umbar semua kekuranganmu…jangan kau ceritakan semuanya…
Jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya…jika engkau mencintainya…
karena belum tentu dia adalah jodohmu…pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok…
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian…
Maka…memohonlah padaNya…
Mintalah padanya diberikan petunjuk…dan dijauhkan dari segala godaan yang ada…
karena…cinta sebelum pernikahan…pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat…
Dan…percayalah…jodoh itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman perempuan ..sama sekali tidak…
Karena jika laki-laki yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya…
Karena laki-laki yang terjaga adalah laki-laki yang banyak didamba oleh seorang akhwat sejati…
Jadi…jagalah dirimu…hatimu…kehormatanmu…sebelum saatnya tiba…
Perbanyak bekalmu…dan doamu…yakinlah…bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu…
Aamiin…
Ya Allah…karuniakanlah kami seorang pasangan yang sholeh…
yang menjaga dirinya…
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
yang senantiasa memperbaiki dirinya…
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
yang baik akhlaknya…
yang menerima kami apa adanya…
yang akan membawa kami menuju Jannah Mu Ya Rabb…

Aamiin…

Salam Ukhuwah fillah

Sabtu, 16 April 2011

Persiapan Muslimah Menjelang Pernikahan Permasalahan dan Kiat-kiat Menghadapinya…

Sebagai seorang muslimah, kita semua tentu mengharapkan pada saatnya nanti akan bertemu dengan pendamping yang akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga kita. Harapannya adalah, dapat membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawwadah warrahmah. Berikut ini adalah sebuah artikel yang bagus untuk disimak yang insya Allah bisa menjadi bekal bagi para muslimah pada khususnya, juga seluruh muslimin dan muslimat dimanapun berada pada umumnya, mengenai apa yang harus dipersiapkan menjelang pernikahan. Silahkan disimak.

1. Pendahuluan. Allah telah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, tetumbuhan, pepohonan, hewan, semua Allah ciptakan dalam sunnah keseimbangan & keserasian. Begitupun dengan manusia, pada diri manusia berjenis laki-laki terdapat sifat kejantanan/ketegaran dan pada manusia yang berjenis wanita terkandung sifat kelembutan/kepengasihan. Sudah menjadi sunatullah bahwa antara kedua sifat tersebut terdapat unsur tarik menarik dan kebutuhan untuk saling melengkapi.
Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut menjadi sebuah hubungan yang benar-benar manusiawi maka Islam telah datang dengan membawa ajaran pernikahan Islam menjadikan lembaga pernikahan sebagai sarana untuk memadu kasih sayang diantara dua jenis manusia. Dengan jalan pernikahan itu pula akan lahir keturunan secara terhormat. Maka adalah suatu hal yang wajar jika pernikahan dikatakan sebagai suatu peristiwa yang sangat diharapkan oleh mereka yang ingin menjaga kesucian fitrah.
Dan bahkan Rosulullah SAW dalam sebuah hadits secara tegas memberikan ultimatum kepada ummatnya: “Barang siapa telah mempunyai kemampuan menikah kemudian ia tidak menikah maka ia bukan termasuk umatku” (H.R. Thabrani dan Baihaqi).
2. Persiapan Pra Nikah bagi muslimah . Seorang muslimah sholihah yang mengetahui urgensi dan ibadah pernikahan tentu saja suatu hari nanti ingin dapat bersanding dengan seorang laki-laki sholih dalam ikatan suci pernikahan. Pernikahan menuju rumah tangga samara (sakinah, mawaddah & rahmah) tidak tercipta begitu saja, melainkan butuh persiapan-persiapan yang memadai sebelum muslimah melangkah memasuki gerbang pernikahan.
Nikah adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat penting, suatu mitsaqan ghalizan (perjanjian yang sangat berat). Banyak konsekwensi yang harus dijalani pasangan suami-isteri dalam berumah tangga. Terutama bagi seorang muslimah, salah satu ujian dalam kehidupan diri seorang muslimah adalah bernama pernikahan. Karena salah satu syarat yang dapat menghantarkan seorang isteri masuk surga adalah mendapatkan ridho suami. Oleh sebab itu seorang muslimah harus mengetahui secara mendalam tentang berbagai hal yang berhubungan dengan persiapan-persiapan menjelang memasuki lembaga pernikahan. Hal tersebut antara lain :
A. Persiapan spiritual/moral (Kematangan visi keislaman) Dalam tiap diri muslimah, selalu terdapat keinginan, bahwa suatu hari nanti akan dipinang oleh seorang lelaki sholih, yang taat beribadah dan dapat diharapkan menjadi qowwam/pemimpin dalam mengarungi kehidupan di dunia, sebagai bekal dalam menuju akhirat. Tetapi, bila kita ingat firman Allah dalam Alqurâ’an bahwa wanita yang keji, adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik….” (QS An-Nuur: 26).
Bila dalam diri seorang muslimah memiliki keinginan untuk mendapatkan seorang suami yang sholih, maka harus diupayakan agar dirinya menjadi sholihah terlebih dahulu. Untuk menjadikan diri seorang muslimah sholihah, maka bekalilah diri dengan ilmu-ilmu agama, hiasilah dengan akhlaq islami, tujuan nya bukan hanya semata untuk mencari jodoh, tetapi lebih kepada untuk beribadah mendapatkan ridhoNya. Dan media pernikahan adalah sebagai salah satu sarana untuk beribadah pula.
B. Persiapan konsepsional (memahami konsep tentang lembaga pernikahan)
Pernikahan sebagai ajang untuk menambah ibadah & pahala : meningkatkan pahala dari Allah, terutama dalam Shalat Dua rokaat dari orang yang telah menikah lebih baik daripada delapan puluh dua rokaatnya orang yang bujang” (HR. Tamam).
Pernikahan sebagai wadah terciptanya generasi robbani, penerus perjuangan menegakkan dienullah. Adapun dengan lahirnya anak yang sholih/sholihah maka akan menjadi penyelamat bagi kedua orang tuanya.
Pernikahan sebagai sarana tarbiyah (pendidikan) dan ladang dakwah. Dengan menikah, maka akan banyak diperoleh pelajaran-pelajaran & hal-hal yang baru. Selain itu pernikahan juga menjadi salah satu sarana dalam berdakwah, baik dakwah ke keluarga, maupun ke masyarakat.
C. Persiapan kepribadian
Penerimaan adanya seorang pemimpin. Seorang muslimah harus faham dan sadar betul bila menikah nanti akan ada seseorang yang baru kita kenal, tetapi langsung menempati posisi sebagai seorang qowwam/pemimpin kita yang senantiasa harus kita hormati & taati. Disinilah nanti salah satu ujian pernikahan itu. Sebagai muslimah yang sudah terbiasa mandiri, maka pemahaman konsep kepemimpinan yang baik sesuai dengan syariat Islam akan menjadi modal dalam berinteraksi dengan suami.
Belajar untuk mengenal (bukan untuk dikenal). Seorang laki-laki yang menjadi suami kita, sesungguhnya adalah orang asing bagi kita. Latar belakang, suku, kebiasaan semuanya sangat jauh berbeda dengan kita menjadi pemicu timbulnya perbedaan. Dan bila perbedaan tersebut tidak di atur dengan baik melalui komunikasi, keterbukaan dan kepercayaan, maka bisa jadi timbul persoalan dalam pernikahan. Untuk itu harus ada persiapan jiwa yang besar dalam menerima & berusaha mengenali suami kita.
D. Persiapan Fisik Kesiapan fisik ini ditandai dengan kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami ataupun isteri secara optimal. Saat sebelum menikah, ada baiknya bila memeriksakan kesehatan tubuh, terutama faktor yang mempengaruhi masalah reproduksi. Apakah organ-organ reproduksi dapat berfungsi baik, atau adakah penyakit tertentu yang diderita yang dapat berpengaruh pada kesehatan janin yang kelak dikandung. Bila ditemukan penyakit atau kelainan tertentu, segeralah berobat.
E. Persiapan Material Islam tidak menghendaki kita berfikiran materialistis, yaitu hidup yang hanya berorientasi pada materi. Akan tetapi bagi seorang suami, yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga, maka diutamakan adanya kesiapan calon suami untuk menafkahi. Dan bagi fihak wanita, adanya kesiapan untuk mengelola keuangan keluarga. Insyallah bila suami berikhtiar untuk menafkahi maka Allah akan mencukupkan rizki kepadanya. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni’mat Allah? (QS. 16:72) ” Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:32)”.
F. Persiapan Sosial Setelah sepasang manusia menikah berarti status sosialnya dimasyarakatpun berubah. Mereka bukan lagi gadis dan lajang tetapi telah berubah menjadi sebuah keluarga. Sehingga mereka pun harus mulai membiasakan diri untuk terlibat dalam kegiatan di kedua belah pihak keluarga maupun di masyarakat. “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,”Q.S. An-Nissa: 36).
Adapun persiapan-persiapan menjelang pernikahan (A hingga F) yang tersebut di atas itu tidak dapat dengan begitu saja kita raih. Melainkan perlu waktu dan proses belajar untuk mengkajinya. Untuk itu maka saat kita kini masih memiliki banyak waktu, belum terikat oleh kesibukan rumah tangga, maka upayakan untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya guna persiapan menghadapi rumah tangga kelak.
3. Pemahaman kriteria dalam memilih atau menyeleksi calon suami
- Utamakan laki-laki yang memiliki pemahaman agama yang baik
- Bagaimana ibadah wajib laki-laki yang dimaksud
- Sejauh mana konsistensi & semangatnya dalam menjalankan syariat Islam
- Bagaimana akhlaq & kepribadiannya
- Bagaimana lingkungan keluarga & teman-temannya
Catatan : Seorang laki-laki yang sholih akan membawa kehidupan seorang wanita menjadi lebih baik, baik di dunia maupun kelak di akhirat .
Sekufu
- Memudahkan proses dalam beradaptasi
- Tapi ini tidak mutlak sifatnya, karena jodoh adalah rahasia Allah
- Batasan-batasan siapa yang yang terlarang untuk menjadi suami (QS 4:23-24; QS2: 221)
4. Langkah-langkah yang ditempuh dalam kaitannya untuk memilih calon
a. Menentukan kriteria calon pendamping (suami ). Diutamakan lelaki yang baik agamanya.
b. Mengkondisikan orang tua dan keluarga , Kadang ketidaksiapan orang tua dan keluarga bila anak gadisnya menikah menjadi suatu kendala tersendiri bagi seorang muslimah untuk menuju proses pernikahan. Penyebab ketidak siapan itu kadang justru berasal dari diri muslimah itu sendiri, misalnya masih menunjukkan sikap kekanak-kanakan, belum dapat bertanggung jawab dsb. Atau kadang dapat juga pengaruh dari lingkungan, seperti belum selesai kuliah (sarjana) tetapi sudah akan menikah. Hal-hal seperti ini harus diantisipasi jauh-jauh hari sebelumnya, agar pelaksanaan menuju pernikahan menjadi lancar.
c. Mengkomunikasikan kesiapan untuk menikah dengan pihak-pihak yang dipercaya Kesiapan seorang muslimah dapat dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang dipercaya, agar dapat turut membantu langkah-langkah menuju proses selanjutnya.
d. Taâ’aruf (Berkenalan) , Proses taâ’aruf sebaiknya dilakukan dengan cara Islami. Dalam Islam proses taâ’aruf tidak sama dengan istilah pacaran. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan kondisi dua insan berlainan jenis yang khalwat atau berduaan. Yang mana dapat membuka peluang terjadinya saling pandang atau bahkan saling sentuh, yang sudah jelas semuanya tidak diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” QS 17:32).
Rasulullah SAW bersabda : “Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Bila kita menginginkan pernikahan kita terbingkai dalam ajaran Islami, maka semua proses yang menyertainya, seperti mulai dari mencari pasangan haruslah diupayakan dengan cara yang ihsan & islami.
e. Bermusyawarah dengan pihak-pihak terkait , Bila setelah proses taâ’aruf terlewati, dan hendak dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka selanjutnya dapat melangkah untuk mulai bermusyawarah dengan pihak-pihak yang terkait.
f. Istikhoroh , Daya nalar manusia dalam menilai sesuatu dapat salah, untuk itu sebagai seorang msulimah yang senantiasa bersandar pada ketentuan Allah, sudah sebaiknya bila meminta petunjuk dari Allah SWT. Bila calon tersebut baik bagi diri muslimah, agama dan penghidupannya, Allah akan mendekatkan, dan bila sebaliknya maka akan dijauhkan. Dalam hal ini, apapun kelak yang terjadi, maka sikap berprasangka baik (husnuzhon) terhadap taqdir Allah harus diutamakan.
g. Khitbah , Jika keputusan telah diambil, dan sebelum menginjak pelaksanaan nikah, maka harus didahului oleh pelaksanaan khitbah. Yaitu penawaran atau permintaan dari laki-laki kepada wali dan keluarga fihak wanita. Dalam Islam, wanita yang sudah dikhitbah oleh seorang lelaki, maka tidak boleh untuk dikhitbah oleh lelaki yang lain. Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah kamu mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah saudaranya, sampai yang mengkhitbah itu meninggalkannya atau memberinya izin “(HR. Muttafaq alaihi).
5. Pentingnya mempelajari tata cara nikah sesuai dengan anjuran & syariat Islam
Sebenarnya tata cara pernikahan dalam Islam sangatlah sederhana dibandingkan tata cara pernikahan adata atau agama lain. Karena Islam sangat menginginkan kemudahan bagi pelakunya. Untuk itu memahami tata cara pernikahan yg islami menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi calon pasangan muslim. Dengan melaksanakan secara Islami, maka sebisa mungkin untuk menghindarkan diri dari kebiasaan-kebiasaan tata cara pernikahan yang berbau syirik menyekutukan Allah). Karena hanya kepada Allah SWT sajalah kita memohon kelancaran, kemudahan, keselamatan dan kelanggengan pernikahan nanti. Untuk beberapa hal yang harus kita ketahui tentang tatacara nikah adalah masalah sbb:
a. Dewasa (baligh) & Sadar
b. Wali , “Tidak ada nikah kecuali dengan wali” (HR.Tirmidzi J.II Bukhari Muslim dalam Kitabu Nikah),
c. Mahar , “Berikanlah mahar kepada wanita-wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS: 4:4)
- Semakin ringan mahar semakin baik. Seperti sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dari Uqbah bin Amir : “Sebaik-baiknya mahar adalah paling ringan (nilainya).”
- Bila tak memiliki materi, boleh berupa jasa. Semisal jasa mengajarkan beberapa ayat al-Qur’an atau ilmu-ilmu agama lainnya. Dalam sebuah hadis Rasulullah berkata kepada seorang pemuda yang dinikahkannya : “Telah aku nikahkan engkau dengannya (wanita) dengan mahar apa yang engkau miliki dari Al-Quran” (HR. Bukhari dan Muslim)
d. Adanya dua orang saksi
e. Proses Ijab Qobul , Proses Ijab Qabul adalah proses perpindahan perwalian dari Ayah/Wali wanita kepada suaminya. Dan untuk kedepannya makan yang bertanggung jawab terhadap diri wanita itu adalah suaminya. Syarat-syarat diatas adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam syarat sahnya prosesi suatu pernikahan. Selain itu dianjurkan untuk mengadakan walimatul ‘ursy, dimana pasangan mempelai sebaiknya diperkenalkan kepada keluarga dan lingkungan sekitar bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan suami isteri, sebagai antisipasi terjadinya fitnah.
6. Permasalahan seputar masalah persiapan nikah
a. Sudah siap, tetapi jodoh tidak kunjung datang Rahasia jodoh adalah hanya milik Allah, tidak ada satu orangpun yang dapat meramalkan bila jodohnya datang. Sikap husnuzhon amat diutamakan dalam fase menunggu ini. Sembari terus berikhtiar dengan cara meminta bantuan orang-orang yang terpercaya dan berdo’a memohon pertolongan Allah. Juga upayakan senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Hindari diri dari berangan-angan, isilah waktu oleh kegiatan-kegiatan positif .
b. Belum siap, tetapi sudah datang tawaran Introspeksi diri, apakah yang membuat diri belum siap ?. Cari penyebab ketidak siapan itu, tingkatkan kepercayaan diri dan fikirkan solusinya. Sangat baik bila mengkomunikasikan masalah ini dengan orang-orang yang dipercaya, sehingga diharapkan dapat membantu proses penyiapan diri. Sembari terus banyak mengkaji urgensi tentang pernikahan berikut hikmah-hikmah yang ada di dalamnya.
7. Penutup
Agama Islam sudah sedemikian dimudahkan oleh Allah SWT, tetap masih saja ada orang yang merasakan berat dalam melaksanakannya karena ketidak tahuan mereka. Allah Taâ’ala telah berfirman: “Allah menghendaki kemmudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu” (Q.S. Al-Baqarah : 185)
Kita lihat, betapa Islam menghendaki kemudahan dalam proses pernikahan. Proses pemilihan jodoh, dalam peminangan, dalam urusan mahar dan juga dalam melaksanakan akad nikah. Demikianlah beberapa pandangan tentang persiapan pernikahan dan berbagai problematikanya, juga beberapa kiat untuk mengantisipasinya. Insyallah, jika ummat Islam mengikuti jalan yang telah digariskan Allah SWT kepadanya, niscaya mereka akan hidup dibawah naungan Islam yang mulia ini dengan penuh ketenangan dan kedamaian .
Wallahuâ’alamu bi showab.

Jumat, 08 April 2011

Karna apa Kita Menikah .. ??


Bro .. Siapa sih yang nggk ingin menikah secara normal dan baik ..dan masing masing dari kita pastilah ingin menikah dengan seseorang untuk mencari sebuah kebahagian Hakiki ...

Menikah adalah fase-fase kehidupan kita, fase untuk mengerti bagaimana menjadi pelengkap bagi hidup orang lain.. dan dilengkapi oleh orang lain..
Suatu Fase dimana kita akan memberi dan menerima ..dengan seseorang yang dahulu nya tidak kita kenal ,,
Nah nyaman tidaknya fase yang kan lalui bergantung cara kita memperolehnya ..

Senin, 04 April 2011

Menikah itu fitrah, Kenapa Takut?

Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.
Saya sering ngobrol, dengan kawaan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.

aGaR perniKaHan memBawa beRkah

Di saat seseorang melaksanakan aqad pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan do’a dari para undangan dengan do’a keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW; “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Do’a ini sarat dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya, kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan keluarga du’at (kader dakwah). Wujud ketidakberkahan dalam pernikahan itu bisa dilihat dari berbagai segi, baik yang bersifat materil ataupun non materil.

"TUK CALON SUAMIKU TERCINTA"




"UNTUK CALON SUAMI"
 Pernikahan atau perkawinan,menyingkap takbir rahasia,.
Istri yg kamu nikahi,tidaklah semulia khadijah,tidak setakwa Aisyah,pun tidak setabah Fatimah apalagi secantik Zulaikha justru istrimu hanyalah wanita Akhir zaman,yg punya cita-cita menjadi sholeh..

Pernikahan atau perkawinan,mengajar kita kewajiban bersama.

Istri menjadi tanah,kamu langit penaungnya.

Istri ladang tanaman,kamu pemagarnya,

Jumat, 01 April 2011

calon suamiku, Cahaya Mataku..



Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkati dirimu yang sudah lama tak kutemui, namun doaku tidak pernah putus mengiringi setiap langkahmu demi meraih keridhaanNya.

Rasulullah SAW pernah bersabda: "Seindah-indah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah,"

Alhamdulillah, itulah anjuran Islam melalui Rasulullah SAW yang kita cintai. Pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga rumah tangga muslim yang bakal dibina saat menikah nanti. Begitu kan katamu waktu itu..?

Wahai calon suamiku, Cahaya Mataku..