Kamis, 22 Desember 2011

spasi

Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda?
Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayangi bila ada ruang?
Kasih sayang akan membawa dua orang berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi.
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali.
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.
Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tidak dibebat.
Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.
Persahabatan tanpa pernah ada jarak sama seperti kalimat tanpa spasi. Tak bermakna. Sahabat tak akan lekang oleh waktu, tak akan putus oleh jarak. Ah, saya jadi merindukan sahabat-sahabat saya. Ingin rasanya berbagi cerita sambil menikmati teh anget dan gorengan di pagi hari. Atau secangkir kopi di atas gunung. Apakah mimpi kita masih sama ? Apakah tujuan dan target kita masih seirama ? Biar kata wajah sudah berubah, selamanya Anda masih sahabat saya.

Tidak ada komentar: